Kementerian Pertanian merupakan kementerian negara di lingkungan Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan pertanian yang memiliki visi terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Untuk mendukung visi tersebut Kementerian Pertanian mengambil langkah strategis dengan melakukan implementasi teknologi big data handal dan mutakhir yang menjadikan birokrasi, bisnis proses menjadi lebih sederhana, sistem terintegrasi berbasis digital dan kebijakan lebih tepat sasaran. Melalui langkah tersebut saat ini seluruh kegiatan pertanian dapat dipantau dan dikendalikan secara terpusat.
CHALLENGE
Di era digital saat ini, data berperan penting sebagai bahan dalam merencanakan strategi organisasi dalam mencapai visi misi serta pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Seiring dengan pertumbuhan data yang semakin besar baik dari sisi volume maupun velocity data, Kementerian Pertanian menghadapi permasalahan dalam pengelolaan data dengan sistem eksisting, salah satunya adanya keluhan terkait perbedaan data dan kebijakan lainnya yang terkait dengan sektor pertanian. Hal tersebut diakibatkan banyaknya data-silo internal dan eksternal yang terjadi.
Sehingga untuk memaksimalkan fungsi pengolahan data dari internal maupun eksternal yang terkait dengan Kementerian Pertanian menjadi suatu informasi yang dapat menunjang kegiatan di lingkungan Kementerian Pertanian dalam memasuki era industri 4.0 diperlukan sebuah teknologi yang dapat membantu melakukan analisis data lebih advanced dengan memanfaatkan teknologi Big Data dan Machine Learning dalam proses persiapan data, integrasi data, eksplorasi data, analisis data, visualisasi dan penyimpanan data, serta pemanfaatan Machine Learning berupa business use cases. Hal ini sejalan dalam mendukung pencapaian kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani berlandaskan teknologi sehingga mendukung pengambilan keputusan atau kebijakan berbasis data yang akurat, terkini, relevan dan kontekstual.
SOLUTION
Saat ini Kementerian Pertanian telah mengintegrasikan data lebih dari 10 sumber data yang beragam dengan volume data lebih dari 42 TB dan akan terus bertambah dengan adanya implementasi teknologi Big Data. Data dari berbagai jenis sumber data seperti direct database, Flat File, API, dan GeoJSon dapat diintegrasikan dengan mudah dengan metode Streaming/Direct to source yang diatur sesuai penjadwalan system (Job) sesuai dengan kebutuhan. Selain itu data social media seperti twitter, facebook, instagram, media online juga berhasil dikelola dengan mengandalkan kemampuan data scraping dan crawling yang saat ini dimiliki. Data-data tersebut kemudian dialirkan ke datalake untuk dilakukan pengolahan dan pemodelan data, dimana output dari pengolahan data tersebut ditampilkan dalam dashboard Command Center yang diberi nama Agriculture War Room.
AWR merupakan sistem terintegrasi yang terkoneksi dengan Agriculture Operational Room (AOR) yang tersebar di semua wilayah Indonesia, dari tingkat provinsi hingga kecamatan. Adapun data yang dihasilkan oleh sistem terintegrasi tersebut meliputi luas lahan baku sawah, pasokan pupuk hingga panen raya. Sehingga AWR memiliki peran penting dalam memantau serta memperbarui data pertanian di Indonesia secara berkala dalam beberapa dashboard. Dashboard tersebut menampilkan insight dan informasi seperti stok beras di pedagang dan penggilingan, persebaran penyaluran pupuk bersubsidi, harga pokok pangan perhatian, sentimen masyarakat dan informasi-informasi lainnya yang dapat membantu Kementerian Pertanian dalam memonitoring potensi dan membuat keputusan untuk mencapai kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Dengan adanya sistem Big Data yang dipadupadankan dengan implementasi machine learning dapat meningkatkan efektivitas, kemudahan, kecepatan, keakuratan dan kepastian dalam hal informasi pertanian. Manfaat yang dirasakan diantaranya adalah adanya modernisasi pengambilan dan pengolahan data yang sebelumnya bersurat secara manual, kini Kementerian Pertanian dapat langsung melihat data secara real time melalui dashboard terintegrasi yang terdapat di Agricultural War Room, selain itu juga mendorong adanya akselerasi beberapa program Kementerian Pertanian seperti program diversifikasi pangan, food estate, 1.000 Desa Sapi, Toko Tani, dan lain lain. Diharapkan dengan pemanfaatan teknologi tersebut proses usahatani menjadi semakin efisien, sehingga terjadi efisiensi, peningkatan produktivitas, dan daya saing.